Perkembangan Bahasa pada Anak: Dari ‘Babble’ hingga Kalimat Pertama – Bagaimana Anak Belajar Berbahasa?

Perkembangan bahasa pada anak adalah proses yang kompleks dan menakjubkan, dari babbling hingga kalimat pertama. Esai ini mengeksplorasi berbagai teori dan faktor yang memengaruhi perkembangan bahasa, serta tahap-tahap yang dilalui anak dalam mempelajari bahasa.
Perkembangan Bahasa pada Anak (Dari 'Babble' hingga Kalimat Pertama - Bagaimana Anak Belajar Berbahasa?)

Proses perkembangan bahasa pada anak adalah salah satu keajaiban dari kehidupan manusia. Dalam kurun waktu beberapa tahun pertama kehidupan, seorang anak berkembang dari hanya menghasilkan bunyi-bunyi acak menjadi mampu berbicara dengan menggunakan kalimat-kalimat yang rumit. Bagaimana proses ini terjadi? Bagaimana anak belajar bahasa secara alami, sementara orang dewasa sering kali merasa sulit untuk mempelajari bahasa baru? Esai ini akan mengeksplorasi berbagai tahap perkembangan bahasa pada anak, dari babbling hingga kalimat pertama, serta teori-teori utama yang menjelaskan bagaimana anak belajar berbahasa.

Perkembangan Bahasa: Pandangan Teoretis

Sebelum membahas proses perkembangan bahasa pada anak secara detail, penting untuk memahami beberapa teori utama yang telah diusulkan untuk menjelaskan bagaimana anak belajar berbahasa. Ada tiga teori utama yang mendominasi diskusi tentang perkembangan bahasa: teori behaviorisme, teori nativisme, dan teori interaksionisme.

1. Teori Behaviorisme

Teori behaviorisme, yang dipelopori oleh B.F. Skinner, menyatakan bahwa perkembangan bahasa pada anak adalah hasil dari proses pembelajaran melalui penguatan dan imitasi. Menurut teori ini, anak-anak belajar bahasa karena mereka meniru bunyi-bunyi yang mereka dengar dari orang dewasa di sekitar mereka, dan kemudian diperkuat dengan pujian atau hadiah ketika mereka menggunakan bunyi-bunyi tersebut dengan benar.

Misalnya, ketika seorang bayi mengucapkan “mama” dan ibunya merespons dengan senyuman dan pujian, anak tersebut cenderung mengulang kata tersebut. Dengan cara ini, anak-anak secara bertahap mempelajari kosakata dan struktur bahasa melalui proses trial and error serta reinforcement. Namun, teori ini menghadapi kritik karena tidak dapat sepenuhnya menjelaskan bagaimana anak-anak mampu menghasilkan kalimat baru yang belum pernah mereka dengar sebelumnya.

2. Teori Nativisme

Teori nativisme, yang dikembangkan oleh Noam Chomsky, berpendapat bahwa kemampuan berbahasa adalah bawaan dan merupakan bagian dari biologi manusia. Menurut Chomsky, setiap anak dilahirkan dengan apa yang disebut sebagai Language Acquisition Device (LAD), yaitu suatu perangkat mental yang memungkinkan mereka untuk mempelajari bahasa dengan cepat dan efektif. Teori ini berfokus pada gagasan bahwa ada struktur dasar yang universal pada semua bahasa, yang disebut Universal Grammar, yang tertanam dalam otak manusia.

Chomsky menunjukkan bahwa anak-anak dapat belajar bahasa dengan cepat dan tanpa pengajaran formal, meskipun mereka terpapar dengan input yang tidak sempurna, seperti kalimat yang terpotong atau salah. Hal ini menunjukkan bahwa ada sesuatu yang lebih dari sekadar imitasi dan reinforcement dalam proses perkembangan bahasa—ada kemampuan bawaan yang memfasilitasi proses ini.

3. Teori Interaksionisme

Teori interaksionisme menggabungkan elemen-elemen dari teori behaviorisme dan nativisme. Teori ini berpendapat bahwa perkembangan bahasa adalah hasil dari interaksi antara kemampuan biologis bawaan dan pengalaman sosial. Jerome Bruner, salah satu tokoh utama teori ini, menyatakan bahwa anak-anak belajar bahasa melalui interaksi dengan orang dewasa dan orang lain di lingkungan mereka. Proses ini melibatkan scaffolding, di mana orang dewasa memberikan dukungan yang diperlukan untuk membantu anak mempelajari bahasa, seperti mengoreksi kesalahan atau memberikan kata-kata baru yang relevan dengan konteks.

Teori interaksionisme menekankan pentingnya interaksi sosial dalam perkembangan bahasa. Misalnya, ketika seorang anak menunjukkan suatu objek dan orang dewasa menyebutkan nama objek tersebut, anak belajar untuk menghubungkan kata dengan objek. Dalam pandangan ini, bahasa dipelajari tidak hanya melalui kemampuan bawaan, tetapi juga melalui konteks sosial dan budaya di mana anak tumbuh.

Tahap-Tahap Perkembangan Bahasa pada Anak

Perkembangan bahasa pada anak terjadi dalam beberapa tahap yang dapat diamati secara jelas. Berikut adalah tahapan-tahapan utama dalam perkembangan bahasa dari bayi hingga usia balita.

1. Tahap Prelinguistik (0-12 Bulan)

Tahap pertama dalam perkembangan bahasa adalah tahap prelinguistik, yang berlangsung sejak lahir hingga sekitar usia 12 bulan. Pada tahap ini, bayi belum mampu menggunakan kata-kata, tetapi mereka mulai mengembangkan keterampilan yang penting untuk perkembangan bahasa. Ada beberapa sub-tahap dalam tahap prelinguistik ini:

  • Cooing (2-3 Bulan): Pada usia sekitar 2 hingga 3 bulan, bayi mulai menghasilkan bunyi-bunyi vokal yang dikenal sebagai cooing. Bunyi ini biasanya berupa suara vokal yang lembut, seperti “ooo” atau “aaa.” Cooing adalah bentuk awal dari latihan vokal, di mana bayi mulai belajar mengontrol pita suara mereka.
  • Babbling (4-6 Bulan): Pada usia sekitar 4 hingga 6 bulan, bayi mulai menghasilkan bunyi yang lebih kompleks yang disebut babbling. Babbling melibatkan kombinasi konsonan dan vokal, seperti “ba-ba” atau “da-da.” Babbling merupakan tahap penting dalam perkembangan bahasa, karena menunjukkan bahwa bayi mulai menguasai kontrol motorik yang diperlukan untuk menghasilkan bunyi-bunyi yang lebih mendekati kata-kata.
  • Persepsi Fonem (6-12 Bulan): Pada usia ini, bayi juga mulai mengembangkan kemampuan untuk membedakan bunyi-bunyi bahasa, yang dikenal sebagai fonem. Penelitian menunjukkan bahwa pada usia sekitar 6 bulan, bayi dapat membedakan fonem dari berbagai bahasa di dunia. Namun, kemampuan ini mulai berkurang seiring waktu, dan bayi menjadi lebih sensitif terhadap fonem dari bahasa yang mereka dengar secara konsisten. Ini menunjukkan bahwa paparan bahasa selama masa bayi sangat penting dalam perkembangan persepsi fonem.
2. Tahap Holofrastik (12-18 Bulan)

Pada sekitar usia 12 bulan, bayi biasanya mengucapkan kata pertama mereka. Ini menandai dimulainya tahap holofrastik, di mana anak menggunakan satu kata untuk mengekspresikan suatu ide atau kebutuhan yang lebih kompleks. Misalnya, kata “mama” dapat berarti “Saya ingin bersama mama” atau “Di mana mama?”

Pada tahap ini, anak-anak cenderung menggunakan kata-kata yang berkaitan dengan orang, objek, atau kegiatan yang akrab bagi mereka. Kata-kata ini sering kali disebut sebagai kata holofrase, karena satu kata dapat mewakili seluruh kalimat atau pemikiran. Misalnya, seorang anak yang mengucapkan “susu” mungkin bermaksud “Saya ingin minum susu.”

Tahap holofrastik menunjukkan bahwa anak-anak memiliki kemampuan untuk memahami konteks dan menggunakan kata-kata untuk mengekspresikan kebutuhan mereka, meskipun mereka belum mampu menghasilkan kalimat lengkap.

3. Tahap Dua Kata (18-24 Bulan)

Pada sekitar usia 18 hingga 24 bulan, anak-anak mulai menggabungkan dua kata untuk membentuk kalimat sederhana, seperti “mama pergi” atau “mau susu.” Ini disebut sebagai tahap dua kata, dan merupakan langkah penting dalam perkembangan bahasa karena menunjukkan bahwa anak mulai memahami tata bahasa dasar dan hubungan antar kata.

Pada tahap ini, anak-anak cenderung menggunakan urutan kata yang sesuai dengan tata bahasa bahasa ibu mereka, meskipun mereka belum menggunakan kata-kata fungsional seperti “di,” “dan,” atau “yang.” Misalnya, seorang anak yang ingin mengatakan bahwa mereka ingin pergi mungkin hanya mengucapkan “mau pergi,” tanpa menggunakan kata penghubung. Namun, penggunaan kata-kata dengan urutan yang benar menunjukkan bahwa anak-anak mulai memahami struktur dasar dari bahasa mereka.

4. Tahap Multi-Kata dan Tata Bahasa Awal (2-3 Tahun)

Pada usia sekitar 2 hingga 3 tahun, anak-anak mulai menggunakan kalimat yang lebih panjang yang terdiri dari tiga kata atau lebih. Pada tahap ini, mereka mulai menggunakan elemen-elemen tata bahasa, seperti kata benda, kata kerja, dan kata sifat, untuk mengekspresikan ide yang lebih kompleks. Misalnya, seorang anak mungkin berkata, “Mama pergi kerja” atau “Mau makan apel.”

Anak-anak juga mulai menggunakan infleksi kata, seperti menambahkan “-s” untuk menunjukkan jamak atau “-ed” untuk menunjukkan masa lampau. Namun, pada tahap ini, anak-anak sering kali membuat kesalahan tata bahasa yang mencerminkan generalisasi berlebihan dari aturan bahasa. Misalnya, mereka mungkin mengatakan “kakiku sakit” untuk “kaki saya sakit,” karena mereka menerapkan aturan jamak “-ku” secara umum. Fenomena ini menunjukkan bahwa anak-anak tidak hanya meniru bahasa yang mereka dengar, tetapi juga mencoba memahami dan menerapkan aturan-aturan tata bahasa secara aktif.

5. Perkembangan Bahasa Lanjutan (3 Tahun ke Atas)

Setelah usia 3 tahun, perkembangan bahasa anak mengalami kemajuan pesat. Anak-anak mulai menggunakan kalimat yang lebih kompleks, termasuk penggunaan kata hubung, kata ganti, dan struktur kalimat yang lebih rumit. Mereka juga mulai memahami dan menggunakan pertanyaan, negasi, dan kalimat perintah dengan lebih baik.

Pada usia ini, anak-anak menjadi lebih terampil dalam menggunakan bahasa untuk berbagai tujuan komunikasi, seperti meminta sesuatu, memberi informasi, atau menceritakan cerita. Mereka juga mulai memahami aspek pragmatik bahasa, yaitu bagaimana menggunakan bahasa secara tepat dalam konteks sosial. Misalnya, mereka belajar bahwa ada perbedaan antara cara berbicara dengan teman sebaya dan cara berbicara dengan orang dewasa.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Bahasa

Perkembangan bahasa pada anak dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk faktor biologis, lingkungan, dan sosial. Berikut adalah beberapa faktor utama yang memengaruhi perkembangan bahasa.

1. Paparan Bahasa

Paparan bahasa adalah salah satu faktor terpenting dalam perkembangan bahasa. Anak-anak yang terpapar dengan lebih banyak bahasa dan variasi bahasa cenderung memiliki keterampilan bahasa yang lebih baik. Penelitian menunjukkan bahwa anak-anak yang sering diajak berbicara dan dibacakan buku oleh orang tua mereka cenderung memiliki kosakata yang lebih luas dan kemampuan tata bahasa yang lebih baik dibandingkan dengan anak-anak yang tidak mendapatkan banyak paparan bahasa.

2. Interaksi Sosial

Interaksi sosial juga memainkan peran penting dalam perkembangan bahasa. Anak-anak belajar bahasa tidak hanya dengan mendengarkan, tetapi juga melalui interaksi langsung dengan orang lain. Orang dewasa sering kali menggunakan apa yang disebut sebagai child-directed speech, yaitu cara berbicara yang lebih lambat, lebih jelas, dan menggunakan intonasi yang lebih bervariasi. Jenis bicara ini membantu anak-anak memahami bahasa dengan lebih baik dan memudahkan mereka mempelajari kata-kata baru.

3. Faktor Biologis

Faktor biologis, seperti genetik dan perkembangan otak, juga berperan dalam perkembangan bahasa. Beberapa anak mungkin memiliki kesulitan belajar bahasa karena faktor genetik atau kondisi medis tertentu, seperti gangguan pendengaran atau gangguan perkembangan bahasa. Selain itu, perkembangan otak yang sehat sangat penting untuk memfasilitasi kemampuan anak dalam memproses dan memproduksi bahasa.

4. Bilingualisme

Anak-anak yang tumbuh dalam lingkungan bilingual, di mana mereka terpapar dengan dua bahasa sejak dini, sering kali menunjukkan perkembangan bahasa yang sedikit berbeda dibandingkan dengan anak-anak monolingual. Pada awalnya, anak-anak bilingual mungkin memiliki kosakata yang lebih sedikit dalam setiap bahasa dibandingkan dengan anak-anak monolingual, tetapi secara keseluruhan mereka memiliki jumlah kosakata yang sama atau bahkan lebih banyak jika digabungkan dari kedua bahasa.

Bilingualisme juga dapat memberikan keuntungan kognitif, seperti meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan fleksibilitas kognitif. Anak-anak bilingual belajar untuk beralih antara dua sistem bahasa, yang membantu mereka mengembangkan keterampilan eksekutif yang lebih baik.

Kesimpulan

Perkembangan bahasa pada anak adalah proses yang kompleks dan menakjubkan, yang melibatkan interaksi antara faktor biologis, lingkungan, dan sosial. Dari babbling hingga kalimat pertama, anak-anak melewati berbagai tahap perkembangan yang memungkinkan mereka menguasai bahasa dengan cepat dan efektif. Teori-teori utama, seperti behaviorisme, nativisme, dan interaksionisme, memberikan berbagai perspektif tentang bagaimana proses ini terjadi, sementara faktor-faktor seperti paparan bahasa, interaksi sosial, dan bilingualisme memengaruhi kecepatan dan kualitas perkembangan bahasa.

Kemampuan anak untuk belajar bahasa adalah salah satu bukti luar biasa dari potensi kognitif manusia, dan memahami proses ini dapat membantu kita memberikan dukungan yang lebih baik bagi anak-anak dalam mencapai potensi penuh mereka dalam berkomunikasi dan memahami dunia di sekitar mereka.

Referensi
  • Bruner, J. (1983). Child’s talk: Learning to use language. Norton.
  • Chomsky, N. (1965). Aspects of the theory of syntax. MIT Press.
  • Skinner, B. F. (1957). Verbal behavior. Appleton-Century-Crofts.
  • Vygotsky, L. S. (1986). Thought and language. MIT Press.
  • Winawer, J., Witthoft, N., Frank, M. C., Wu, L., Wade, A. R., & Boroditsky, L. (2007). Russian blues reveal effects of language on color discrimination. Proceedings of the National Academy of Sciences, 104(19), 7780-7785.

Previous Article

"Belenggu" oleh Armijn Pane: Keterasingan, Kegelisahan, dan Dilema Moral dalam Bingkai Cinta dan Modernitas

Next Article

Langkah-Langkah Membuat Kerangka Penulisan untuk Karya Ilmiah

Write a Comment

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *