Studi bahasa tidak hanya mencakup kosakata, tata bahasa, dan struktur kalimat. Bahasa juga merupakan sistem kompleks yang melibatkan pemaknaan, budaya, dan struktur sosial. Salah satu tokoh yang paling berpengaruh dalam mengubah cara kita memahami bahasa adalah Ferdinand de Saussure. Sebagai bapak linguistik modern, Saussure memperkenalkan konsep-konsep “language,” “langue,” dan “parole” yang masih menjadi fondasi utama dalam studi linguistik hingga hari ini. Melalui esai ini, kita akan menggali lebih dalam tentang ketiga konsep ini, bagaimana Saussure mengartikulasikan mereka, dan mengapa konsep-konsep ini sangat penting dalam mempelajari bahasa.
Ferdinand de Saussure dan Lahirnya Linguistik Struktural
Ferdinand de Saussure adalah seorang linguis asal Swiss yang dikenal dengan teorinya tentang linguistik struktural. Sebelum karyanya dipublikasikan, linguistik sering dipahami secara historis—berfokus pada asal-usul kata dan perkembangan bahasa seiring waktu. Namun, Saussure mengalihkan fokus ke bagaimana bahasa berfungsi pada saat ini, terlepas dari evolusinya. Ini adalah perubahan paradigma besar yang menandai dimulainya linguistik struktural.
Dalam karyanya yang terkenal, Cours de linguistique générale (1916), yang disusun oleh murid-muridnya setelah kematiannya, Saussure membedakan antara tiga aspek utama dalam studi bahasa: “language,” “langue,” dan “parole.” Ketiga konsep ini berfungsi untuk menjelaskan bagaimana bahasa dipahami dalam konteks sosial dan individu.
Konsep “Language”, “Langue”, dan “Parole”
1. “Language” sebagai Sistem Umum
Dalam konteks linguistik Saussure, “language” merujuk pada sistem bahasa secara keseluruhan, termasuk semua aturan, simbol, dan elemen yang memungkinkan manusia untuk berkomunikasi. “Language” adalah konsep yang sangat luas yang mencakup segala bentuk komunikasi yang dihasilkan dari interaksi manusia dan sistem tanda.
Saussure menganggap “language” sebagai fenomena sosial yang hadir di luar individu. Ini adalah sistem yang memungkinkan komunikasi, terlepas dari apakah seseorang menggunakan bahasa tertentu atau tidak. Dalam pengertian ini, “language” mencakup semua bentuk bahasa dan interaksi simbolis yang dapat ditemukan di seluruh budaya dan masyarakat manusia.
2. “Langue”: Bahasa sebagai Sistem Sosial
“Langue” adalah konsep yang lebih spesifik dibandingkan dengan “language.” Saussure menggunakan istilah ini untuk merujuk pada bahasa sebagai sistem sosial yang dipelajari dan digunakan oleh sekelompok penutur. “Langue” adalah aspek bahasa yang merupakan kesepakatan sosial—aturan-aturan, tata bahasa, dan konvensi yang dipahami bersama oleh anggota suatu komunitas.
Sebagai contoh, bahasa Indonesia adalah “langue” yang memiliki aturan gramatikal, kosakata, dan tata bahasa yang dipahami bersama oleh para penutur bahasa Indonesia. “Langue” tidak hanya terdiri dari kata-kata dan kalimat, tetapi juga cara menggabungkan dan memahami makna dari komponen-komponen ini. Ini mencerminkan aspek sosial bahasa, yang hanya dapat dipahami jika seseorang menjadi bagian dari komunitas yang menggunakan bahasa tersebut.
3. “Parole”: Penggunaan Bahasa oleh Individu
Berbeda dengan “langue,” “parole” merujuk pada cara individu menggunakan bahasa dalam situasi tertentu. Ini adalah realisasi konkret dari sistem bahasa, ketika seseorang berbicara, menulis, atau menggunakan bahasa untuk berkomunikasi. “Parole” mencakup semua variasi individu—kesalahan, variasi gaya, dan penyesuaian konteks yang terjadi ketika seseorang menggunakan bahasa dalam kehidupan sehari-hari.
Menurut Saussure, “parole” adalah ekspresi bahasa yang bersifat pribadi dan individual. Setiap orang mungkin memiliki gaya bicara yang berbeda, pilihan kata yang unik, atau intonasi tertentu saat berbicara. Dengan demikian, “parole” menunjukkan bagaimana “langue” diimplementasikan oleh individu dalam komunikasi sehari-hari.
Mengapa Konsep Saussure Penting?
1. Memisahkan Struktur dan Penggunaan Bahasa
Konsep “langue” dan “parole” yang diperkenalkan oleh Saussure sangat revolusioner karena membedakan antara struktur bahasa dan penggunaan aktualnya. Sebelum Saussure, banyak ahli bahasa mempelajari bahasa sebagai kumpulan kata-kata dan aturan tata bahasa yang harus dihafal. Namun, Saussure menunjukkan bahwa ada perbedaan mendasar antara sistem sosial bahasa (“langue”) dan bagaimana sistem ini diimplementasikan oleh individu (“parole”).
Dengan membedakan kedua konsep ini, Saussure membantu kita memahami bahwa meskipun kita berbicara dengan cara yang berbeda-beda (“parole”), kita masih menggunakan sistem bahasa yang sama (“langue”). Ini juga membuka jalan untuk studi variasi bahasa dan dialek, yang kemudian menjadi bagian penting dari sosiolinguistik.
2. Dasar Linguistik Struktural
Pendekatan struktural yang digunakan oleh Saussure juga memperkenalkan gagasan bahwa elemen bahasa hanya memiliki makna dalam hubungannya dengan elemen lain dalam sistem. Misalnya, makna kata “kucing” hanya dapat dipahami dalam konteks hubungannya dengan kata-kata lain, seperti “anjing,” “binatang,” atau “hewan peliharaan.” Dengan kata lain, makna suatu tanda dalam bahasa sangat bergantung pada sistem relasi yang ada di antara tanda-tanda lain dalam “langue.”
Pandangan ini sangat penting karena memisahkan tanda linguistik menjadi “penanda” (signifier) dan “petanda” (signified). “Penanda” adalah bentuk fisik dari kata—misalnya, bunyi atau huruf yang membentuk kata “kucing.” Sementara itu, “petanda” adalah konsep atau makna yang dikaitkan dengan kata tersebut—yaitu binatang berbulu yang biasa dipelihara sebagai hewan kesayangan.
3. Pengaruh pada Bidang Lain
Pandangan Saussure tentang bahasa tidak hanya mempengaruhi linguistik, tetapi juga bidang-bidang lain seperti antropologi, filsafat, dan teori sastra. Salah satu tokoh yang sangat dipengaruhi oleh Saussure adalah Claude Lévi-Strauss, seorang antropolog yang menggunakan prinsip-prinsip struktural untuk menganalisis mitos dan budaya. Lévi-Strauss melihat budaya sebagai sistem tanda, mirip dengan bagaimana Saussure memandang bahasa sebagai sistem tanda.
Selain itu, konsep “langue” dan “parole” juga mempengaruhi teori kritis dan semiotika, terutama dalam karya Roland Barthes dan Jacques Derrida. Barthes, misalnya, menggunakan gagasan tentang tanda dan struktur untuk menganalisis teks sastra dan budaya populer, sementara Derrida mengembangkan konsep dekonstruksi dengan memanfaatkan ide-ide Saussure tentang relasi tanda.
Tantangan dan Kritik terhadap Pandangan Saussure
Meskipun ide-ide Saussure sangat berpengaruh, ia juga mendapat sejumlah kritik dari para ahli bahasa yang datang setelahnya. Salah satu kritik utama terhadap Saussure adalah pandangannya yang terlalu statis terhadap “langue.” Banyak ahli berpendapat bahwa bahasa adalah fenomena yang dinamis dan terus berubah, sehingga tidak dapat sepenuhnya dijelaskan hanya melalui struktur yang statis.
William Labov, seorang ahli sosiolinguistik, berpendapat bahwa studi bahasa harus mencakup variasi yang terjadi dalam penggunaan sehari-hari (“parole”) dan bagaimana perubahan ini memengaruhi sistem bahasa secara keseluruhan. Pandangan ini menekankan bahwa “langue” dan “parole” tidak dapat dipisahkan sepenuhnya, karena keduanya saling memengaruhi.
Selain itu, Noam Chomsky juga mengkritik pandangan Saussure. Chomsky memperkenalkan konsep “kompetensi” dan “performansi” yang sedikit berbeda dari “langue” dan “parole.” Menurut Chomsky, “kompetensi” adalah pengetahuan internal tentang bahasa yang dimiliki oleh seorang penutur, sementara “performansi” adalah penggunaan bahasa dalam situasi nyata. Chomsky berargumen bahwa linguistik seharusnya lebih fokus pada “kompetensi” karena itulah yang mencerminkan aturan-aturan mendasar dari bahasa.
Kesimpulan
Ferdinand de Saussure memberikan kontribusi besar dalam studi bahasa dengan membedakan antara “language,” “langue,” dan “parole.” Melalui konsep-konsep ini, Saussure membantu kita memahami bahasa tidak hanya sebagai alat komunikasi, tetapi juga sebagai sistem sosial yang kompleks dengan aturan-aturan yang dipahami secara kolektif. Meskipun teori Saussure telah menghadapi kritik, pengaruhnya terhadap linguistik modern dan berbagai bidang ilmu lainnya tidak dapat disangkal.
Pendekatan struktural Saussure telah membuka jalan bagi banyak perkembangan dalam linguistik, termasuk sosiolinguistik, semiotika, dan teori sastra. Dengan memahami perbedaan antara “langue” sebagai sistem sosial dan “parole” sebagai penggunaan individual, kita dapat melihat bahasa sebagai fenomena yang kaya dan kompleks yang mencerminkan budaya, pemikiran, dan dinamika sosial manusia.
Referensi
- Barthes, R. (1967). Elements of semiology. Hill and Wang.
- Chomsky, N. (1965). Aspects of the theory of syntax. MIT Press.
- Corballis, M. (2003). From hand to mouth: The origins of language. Princeton University Press.
- Derrida, J. (1976). Of grammatology. Johns Hopkins University Press.
- Labov, W. (1972). Sociolinguistic patterns. University of Pennsylvania Press.
- Lévi-Strauss, C. (1963). Structural anthropology. Basic Books.
- Saussure, F. de. (1916). Cours de linguistique générale. Payot.